DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah....................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran-Aliran Pendidikan..................................................................................... 2
a. Aliran-Aliran Klasik Dalam Pendidikan dan
Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia............................. 3
1. Aliran Empirisme....................................................................................... 4
2. Aliran Natifisme........................................................................................ 5
3. Aliran Naturalisme..................................................................................... 7
4. Aliran Konvergensi.................................................................................... 8
5. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Pemikiran
dan Praktek Pendidikan di Indonesia......................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik, pengaruh sampai saat ini dan dua tonggak penting dalam kehidupan.
1.2 Tujuan
o Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengantar pendidikan
o Memahami tentang aliran-aliran pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aliran-Aliran Pendidikan
Pelaksanaan pendidikan dan gagasan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat sejak dulu hingga sekarang pendidikan selalu mengalami perkembangan iptek yang berkembang di negara kita saat ini. Di dalam berbagai kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tantang aliran-aliran, telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Untuk itu kita sebagai generasi penerus harus mengembangkan kebudayaan belajar mengajar dalam pendidikan agar lebih baik dari sebelumnya agar negara lebih maju dan berkembang.
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Oleh karena itu aliran-aliran klasik atau gerakan-gerakan baru berasal dari kedua kawasan itu. Pemikiran-pemikiran itu berkembang diseluruh dunia termasuk indonesia dibawa oleh orang-orang yang beajar di Eropa atau Amerika Serikat sehingga mudah berkembang di Indonesia. Penyebaran itu mengakibatkan pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan itu umumnya menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di bidang kebijakan diberbagai negara.
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran Empirisme, Nativisme, Naturalisme dan Konvergensi merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran tersebut mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan mulai dari yang terendah sampai tingkat yang tinggi, seperti SD, SMP sedangkan yang tertinggi SMA dan sekolah perguruan tinggi. Aliran-aliran bervariasi tentang pendapat mengenai pendidikan, mulai dari yang pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan merusak masa depan anak untuk mengembangkan bakatnya, sedangkan aliran optimisme memandang anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati. Selanjutnya terdapat gagasan juga yang bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya masih berpengaruh pada saat ini, yakni pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah, kerja dan pengajaran proyek.
Gerakan-gerakan tersebut sangat berpengaruh pada cara guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di sekolah seperti telah dikemukakan bahwa pengajar merupakan pilar terpenting dan pembelajaran di sekolah, utamanya kalau dilakukan pembelajaran sekaligus mendidik siswa didik agar lebih baik.
- Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat ditebak dalam pemikirannya, sehingga mampu menjelajah angkasa luar tetapi angkasa dalamnya masih belum cukup diketahui. Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan, perbedaan pandangan itu berawal dari perbedaan pandangan tentang perkembangan manusia itu sendiri. Terdapat perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh dalam perkembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian itu bisa dipengaruhi oleh lingkungan karena dalam lingkungan sehari-hari dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, bila dalam lingkungan memberi contoh tidak baik maka kepribadian seorang tersebut juga tidak akan baik, seperti keluarga yang harus memberikan contoh kepada keturunannya agar mereka lebih baik dan dapat menjadi contoh di lingkungan dimana mereka tinggal.
Teori-teori dari strategi behavioral dan strategi phenologis menekankan faktor belajar. Kedua strategi ini menekankan faktorbelajar. Tetapi mengemukakan pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat perbedaan pandangan tentang hakikat manusia. Strategis behavioral tergantung pada lingkungannya sedang strategi fenomenalogis memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri.
Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.
1. Aliran Empirisme
Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan dan lingkungan. Pendidik memegang peranan penting dengan menyediakan lingkungan pendidikan yang akan diterima oleh anak sebagai pengalaman guru dan orang tua paling menentukan hasil pendidikan. Pendidikan dibentuk oleh pengalaman, bukan tergantung dari dasar diri anak. Locke menyarankan bahwa guru dan orang tua berperan sebagai model, menunjukkan kualitas tingakh laku yang baik. Anak-anak harus ditunjukkan tentang dunia sebagaimana adanya, termasuk kejelekan dan bahaya sehingga akan menyadari apa yang harus dihindari dan apa yang harus dicapai. Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan kepada anak menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dna akan diterima oelh anak sebagai pengalaman. Pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai berikut:
a. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.
b. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu perilaku.
c. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku.
Seperti yang akan dikemukakan pada butir atau aliran konvergensi pada bagian ini, beberapa pendapat dalam pandangan behavioral tersebut tidak lagi sepenuhnya ala ”Tabula Rasa” dari J. Locke, karena telah mulai diperhatikan pula faktor-faktor internal dari manusia.
2. Aliran Natifisme
Aliran ini ditokohi Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860) berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini berpendapat sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan tersebut hanya bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir. Hasil perkembangan anak tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu hasih akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari asal kata Native yang berarti terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat. Sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka ia akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.
Meskipun dalam sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat dan sifat dari orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Pandangan konvergensi akan memberikan penjelasan tentang pentingnya kedua faktor yaitu pembawaan atau hereditas dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat suatu ’inti’ pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar. Itu ataupun penerimaan dan persepsi seorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Pendekatan ini sangat mementingkan pandangan holistik (menyeluruh, gestait) serta pemahaman perilaku orang dari sudut pandang si empunya perilaku itu. Terdapat variasi pendapat dari pendekatan phenomenologi/humanistik tersebut sebagai berikut :
1. Pendekatan aktualisasi diri atau non direktif.
2. Betapa pentingnya memahami hubungan ”transaksi” antara manusia dan lingkungannya sebagai bekal awal memahami perilakunya.
3. Pendekatan ”gestait” baik yang klasik maupun pengembangan selanjutnya.
4. Pendekatan ”search for meaning” dengan aplikasinya sebagai logotherapy dari viktor franki yang mengungkapkan betapa pentingnya semangat (human spirit) untuk mengatasi berbagai tantangan masala yang dihadapi.
3. Aliran Naturalisme
tokoh aliran ini adalah JJ. Rousseau (Perancis : 1712-1778). Menurut aliran ini manusia itu pada waktu lahir mempunyai pembawaan baik karena pada dasarnya manusia baik karena pada dasarnya biarkan berkembang baik di alamnya. Hukum yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tindakan belajar mengajak.
Tokoh aliran ini William Sterm (Jerman 1871-1939) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir membawa potensi-potensi namun dalam perkembangan selanjutnya tergantung pendidikan dan lingkunganya. Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan aturan lingkungan. Sebaliknya pendidikan atau lingkungan tidak akan berhasil dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya. Seorang anak memang mempunyai potensi-potensi yang berbeda-beda pada dirinya, jika potensi tersebut tidak dikembangkan tidak akan dapat ditunjukkan oleh seseorang tersebut. Lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan dalam potensi-potensi anak. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificia) sehingga kebaikan anak-anak yang memperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas.
4. Aliran Konvergensi
perintis aliran ini adalah William Sterm (1871-1938) seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia ini sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Itu semua tergantung pada lingkungan dan perkembangan potensi anak dalam belajar menyikapi perilakunya agar dapat menjadi lebih baik. Tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam diri anak tidak dapat menghasilkan perkembangan anakyang optimal kalau memang diri anak tidak terdapat bakat yang mengembangkan itu. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungna yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, biarpun lingkungnan kedua anak tersebut menggunakan bahasa sama.
5. Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan seperti diketahui, sistem persekolahan diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di seluruh masyarakat, keluarga belum dikenal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari aliran-aliran tersebut maka dapat kita simpulkan beberapa perbedaan pandangan dalam pendidikan. Namun juga ada penggabungan dari beberapa aliran konvergensi, mempertemukan pandangan nativisme dan empirisme.
Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan atau lingkungan. Sebaliknya pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berlangsung dengan baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Juhri, 2009. Landasan dan Wawasan Pendidikan. Lampung. Lemut UM Metro Press.