BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Da’wah sebagai suatu proses usaha kerja sama untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya, menyangkut segi-segi atau bidang-bidang yang sangat luas. Ia memasuki segenap lapangan kehidupan manusia. Dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan terhadap persolan dakwah.
Dalam bidang pendidikan misalnya, bagaimana usaha pendidikan itu harus diselenggarakan, sehingga dapat menghantarkan anak-anak didik menjadi manusia yang berilmu dan berakhlak mulia adalah merupakan salah satu aspek penting dari proses dakwah.
Begitu pula dalam bidang sosial, usaha untuk mewujudkan kesejahteraan dan melenyapkan segenap hambatan dan kepincangan hidup, seperti kemiskinan, keterbelakangan kebodohan, dan berbagai penyakit masyarakat lainnya adalah merupakan persoalan-persoalan dakwah. Begitu juga dalam bidang ekonomi, politik, dan kebudayaan mempunyai permasalahan yang hampir sama.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa proses dakwah itu mencakup segi-segi yang sangat luas. Ia meliputi kegiatan apa saja yang bermaksud untuk mengadakan perbaikan dan pembangunan, sebagai mana diajarkan oleh islam, terhadap kehidupan ummat manusia, serta menghindarkan masyarakat dari kerusakan dan keruntuhannya.
Sesuai dengan pengertian dakwah yang begitu luas, maka pelaksanaan dakwah tidaklah mungkin dilakukan oleh orang seorang secara sendiri-sendiri. Pelaksanaan dakwah yang mempunyai skop kegiatan yang begitu kompleks, hanya akan dapat berjalan secara efektif, bila mana dilakukan oleh tenaga-tenaga yang secara khualitatif dan kwantitatif mampu melaksanakan tugasnya dengan perkataan lain, proses dakwah yang mencakup segi-segi yang begitu luas, hanya dapat berjalan dengan lancar dan berhasil baik, bilamana tersedia tenaga-tenaga pelaksana yang cukup serta masing-masing memiliki kemampuan dan keahlian yang diperlukan.
Faktor tenaga pelaksana yang memiliki kemampuan dan keahlian yang bermacam-macam itu tidaklah tersedia dan terhimpun dengan sendirinya. Untuk dapat menghimpun tenaga pelaksana yang diperlukan, kemudian mempersiapkan mereka dalam rangka menghadapi tugas-tugas yang dilaksanakan, diperrlukan tenaga khususyang memiliki ciri-ciri atau pribadi tertentu serta kemampuan dan keahlian tertentu pula. Tenaga khusus itu disebut pemimpin. Sedangkan ciri-ciri atau nilai-nilai pribadi tertentu yang harus dimiliki dinamakan nilai-nilai kepemimpinan. Kemampuan dan keahliannya disebut keahlian pemimpin. Adapun proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah disebut menejemen dakwah.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat untuk :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dakwah
b. Menunjang kegiatan belajar mengajar
c. Menambah wawasan kita bersama
d. Dan sebagai materi diskukisi mata kuliah Ilmu Dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti dan Peranan Manajemen Dalam Proses Dakwah.
a. Arti Manajemen Dakwah
Manajemen merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Ia terdapat hampir dalam seluruh kegiatan manusia, baik di pabrik, kantor, sekolah, rumah sakit, hotel, pantai asuhan, lembaga sosial, bahkan rumah tanggapun memerlukan manajemen.
Secara etimologi, manajemen berasal dari kata management, menurut WJS Poerwodarminto, dalam kamus lengkap, manajemen artinya pimpinan, direksi, atau pengurus. Sedangkan secara terminologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
Menurut M.Manulang manajemen adalah fungsi-fungsi untuk menyampaikan sesuatu kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.[1]
Sementara dakwah adalah mengajak manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa manajemen dakwah adalah proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu. Kemudian menggerakkannya ke arah perencanaan tujuan dakwah yang diinginkan. [2]
b. Nilai-Nilai Kepemimpinan Dakwah
Kepemimpinan atau leadership sering dianggap sebagai inti dari manajemen. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan pada dasarnya bertumpu pada pimpinan atau manajemen di dalam pemimpin. Seorang pemimpin dalam memimpin sifatnya tidak memaksa. Dia menjadi teladan dan sebagai pendorong bagi yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Mengingat bahwa pengertian dakwah itu sangat luas dan tidak dapat dilaksanakan sendiri-sendiri, di samping juga mempunyai jangkauan yang begitu kompleks maka dakwah hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala dilakukan oleh tenaga-tenaga yang mampu melaksanakan tugasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Jika kepemimpinan atau leadership diartikan sebagai suatu proses untuk mempengaruhi tindakan kelompok yang terorganisir untuk mencapai tujuan penyelesaian, demikian juga sebagai pengaruh organisasi atau orang-orang di bawahnya agar mereka para pengikut menerima dengan kemauannya untuk diarahkan dan diawasi oleh pimpinan tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dakwah adalah tenaga-tenaga profesional dimana mereka yang mempunyai ciri-ciri atau nilai-nilai pribadi pemimpin dan keahlian kepemimpinan.[3]
Seorang pemimpin harus mempunyai nilai-nilai kepemimpinan dan kemauan serta keahlian manajemen. Adapun sifat, ciri atau nilai-nilai pribadi yang hendaknya dimiliki oleh pemimpin dakwah itu antara laiin adalah sebagai berikut:
· Berpandangan jauh kemasa depan
· Bersikap dan bertindak bijaksana
· Berpengetahuan luas
· Bersikap dan bertindak adil
· Berpendirian teguh
· Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil
· Berhati ikhas
· Memiliki kondisi fisik yang baik
· Mampu berkomunikasi[4]
c. Kemampuan Manajemen
Pemimpin dakwah, sebagaimana telah dikemukakan diatas, harus memiliki kemampuan, kecakapan, ketrampilan atau keahlian memimpin dan menggerakkan orang-orang yang berada dibawah pimpinannya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Kemampuan atau keahlian itu disebut dengan istilah managerial skill.
Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan itu dapat dibedakan dalam:[5]
Ø Kegiatan Oprasional
Ø Kegiatan pelayanan
Ø Kegiatan Pimpinan
Untuk dapat melakukan kegiatan oprasional dan kegiatan pelayanan diperlukan keahlian teknik. Sedangkan untuk dapat melaksanakan kegiatan pimpinan diperlukan keahlian manajemen. Pimpinan dakwah sesuai dengan fungsinya sebagai penggerak bukan sebagi pelaksana, memerlukan keahlian manajemen itu.
d. Fungsi Manajemen Dakwah
Lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses pelaksanaan manajemen:
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan itu merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat menentukan, sebab di dalamnya terdapat apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi serta langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Pengorganisaian dakwah dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menghubungkan aktivitas-aktivitas dakwah yang efektif dalam wujud kerjasama antara para da’i sehingga mereka dapat memperoleh manfaat-manfaatpribadi dalam melaksanakan tugas tersebut dalam upaya mewujudkan tujuan dakwah yang diinginkan.
3. Actuiting (Penggerakan)
Adalah penggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran usaha yang diinginkan.
4. Controlling ( Pengawasan)
Adalah upaya agar tindakan yang dilaksanakan terkendali dan sesuai dengan instruksi, rencana, petunjuk-petunjuk, pedoman serta ketentuan-ketentuan yang sebelumnya ditetapkan bersama.
5. Evaluating (Evaluasi)
Adalah suatu tugas untuk mengevaluasi kegiatan atau aktivitas dakwah agar aktivitas dakwah bertambah baik dimasa mendatang.
Selanjutnya pendapat tersebut diatas telah dikembangkan oleh pakar manajemen menjadi delapan fungsi, yaitu:[6]
· Planning (perencanaan)
· Decision Making (pengambilan keputusan)
· Organizing (pengorganisasian)
· Staffing (penyusunan staf)
· Motivating (memotivasi)
· Leading (memimpin)
· Controling (pengawasan)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
manajemen dakwah adalah proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu. Kemudian menggerakkannya ke arah perencanaan tujuan dakwah yang diinginkan.
Adapun dalam melaksanakan manajemen dakwah seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
· Berpandangan jauh kemasa depan
· Bersikap dan bertindak bijaksana
· Berpengetahuan luas
· Bersikap dan bertindak adil
· Berpendirian teguh
· Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil
· Berhati ikhas
· Memiliki kondisi fisik yang baik
· Mampu berkomunikasi
Sedangkan fungsi dari manajemen dakwah itu adalah:
· Planning (perencanaan)
· Decision Making (pengambilan keputusan)
· Organizing (pengorganisasian)
· Staffing (penyusunan staf)
· Motivating (memotivasi)
· Leading (memimpin)
· Controling (pengawasan)
DAFTAR PUSTAKA
Ø ABD.Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam, Bulan Bintang, Jakarat, 1993
Ø Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Amzah, Jakarta, 2009
Ø Hemlan Elhany, Diktat Ilmu Dakwah STAIN, 2010
Ø http://miftah19.wordpress.com/2011/03/17/antara-dakwah-dan-tradisi/