AQIDAH AHLAK

,

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
KATA PENGATAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tawadhu’ ( Rendah Hati )........................................................... 2
B. Makna Sombong.......................................................................... 4
C. Bahaya Kesombongan ................................................................ 5
D. Sasaran Kesombongan ................................................................ 5
E. Tanda-Tanda Takabur.................................................................. 6
BAB II KESIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam kehidupan manusia, tidak terlepas dari 2 sifat yang saling berlawanan, yaitu: tawadhu’ dan sombong. 2 hal tersebut yang akan penulis bahas dalam makalah ini.
Penulis memilih judul tawadhu’ dan sombong, dikarenakan hal tersebut merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang sangat penting untuk dipahami bersama.
Sikap tawadhu’ merupakan salah satu wujud ketaatan kita pada allah SWT. Dan rasulullah SAW yang mana hal tersebut bisa mengantarkan kita pada kenikmatan yang tidak tergantikan dengan sesuatu apapun di dunia ini, yaitu syurga.
Sedangkan sombong adalah lawan kata dari tawadhu’. Sombong merupakan wujud pengingkaran terhadap kekuasaan Allah SWT. Hal itu dikarenakan sikap sombong menjadikan manusia lupa bahwa Allah-lah yang maha kuasa atas apa yang terjadi dengan manusia dan seluruh mahluk ciptaan-Nya. Agar kita bisa memahami lebih jelas lagi tentang 2 hal tersebut
1.2 Rumusan masalah
a. Apakah pengertan dari tawadhu’ (rendah hati)?
b. Apakah pengertian dari sombong?
c. Apakah perbedaan dari tawadhu (rendah hari) dengan sombong?
1.3 Tujuan
a. Agar kita mengetahui arti penting dari tawadhu’ (rendah hati)
b. Agar kita mengetahui arti penting dari sombong?
c. Kita dapat membedakan mana sifat yang baik dan yang buruk untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tawadhu’ ( Rendah Hati )
Tawadhu (rendah hati) adalah termasuk amal sholeh yang dapat memasukkanmu ke surga dan menyelamatkanmu dari neraka. Rendah diri dengan tidak menghinakan diri sendiri untuk mendapatkan kemasyalahatan ( keuntungan) atau harta, hal ini tentu dapat merendahkan kehormatanmu dan harga diri sebagai seorang mukmin.
Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan kita dari itu. Beliau bersabda yang artinya : “ Barang siapa yang duduk dengan orang kaya, lalu dia tunduk kepadanya agar mendapat dunia, maka hilang sepertiga agamanya dan dia akan masuk neraka.” (HR. Art-thabarani )
Bukan hanya sekedar duduk tetapi juga berjalan. Janganlah kamu berjalan didunia dengan angkuh, meninggikan kepala dan hidungmu, memandang rendah terhadap apa yang ada disekitarmu, bangga dengan perhiasan, penampilan, dan pakainmu. Sesunggguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi dengan sandalmu, kamu tidak akan mencapai gunung yang tinggi walaupun dengan ketinggianmu.
Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Ketika seorang laki-laki berjalan dengan pakainnya, dia sombong, mengangkat-ngangkat kepalanya, berjalan dengan sombong, lalu Allah membenamkannya dan dia tinggal didalam tanah hingga hari kiamat.“ (HR. Bukhori )
Persis seperti karun……!
Allah subhanallahu wa ta’ala berfirman,
“ Maka kluarlah karun kepada kaumnya dalam kemegahannya…..(Al-Qashash : 79 )
Dia berbangga diri, merasa tinggi dan sombong, menentang Allah Ta’ala dalam kesombongan dan keagungannya, maka balasannya adalah sebagaimana Allah berfirman :
“Maka kami benamkanlah karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya.”
Kita sekarang sedang di uji dengan bentuk seperti di atas dari para penganggur yang sombong, karena kekayaan dan harta serta apa yang mereka miliki. Mereka yang memiliki hak atas jalan itu. Kita sering menyaksikan salah seorang dari mereka memakai mobil yang mewah, memijit klakson yang berirama agar orang-orang memberinya jalan, seakan dialah yang memiliki hak atas jalan itu.
Inilah bentuk yang menggambarkan berbagai jenis arogansi dan sikap meremehkan manusia. Kami perlihatkan sebuah hadist rosulullah SAW yang melarang para sahabatnya untuk bersikap sombong dan juga untuk kaum muslimin secara umum. Salah seorang dari sahabat bertanya “ wahai Rosulullah, jika salah seorang dari kami ingin pakaian, penampilan dan sandalnya baik, apakah ini termasuk sombong?? Rosulullah SAW menjawab bahwa itu bukan termasuk sombong, tetapi sombong itu adalah bersikap arogan pada kebenaran dan meremehkan manusia,mengingkari kebenaran dan menzhalimi manusia.
Hal ini mengingatkan kita dengan sikap Al-faruq Umar bin Al-Khatab Radhiyallahu Anhu pada saat dating ke bait al-magdis. Diberikan kepadanya kuda (yang bukan dari arab ) untuk ditunggangnginya sebagai ganti dari untanya. Ketika dia naik punggung kuda itu, dia merasa gagah dan hebat dengan mengendarainya, maka beliau berkata, “ Turunkanlah aku Allah akan mengampunkan kesalahan kalian. Aku pernah mendengar beliau bersabda :
“ Barang siapa dalam hati terdapat satu biji sawi dari kesombongan, maka Allah akan membantingkannya kedalam api neraka.” (HR.Ahmad)
Beliau pun turun dari kuda.
Hal ini pun juga dapat mengingatkan kita juga yaitu kisah seorang laki-laki dengan anaknya ketika keduanya masuk ke dalam kebun gandum yang bulirnya sudah matang. Anak tersebut heran dengan pemandangan bulir gandum yang tegak kepalanya dan dia tidak heran dengan yangnya merunduk. Dia pun menceritakan kepada bapaknya tentang apa yang ada di dalam hatinya. Sang bapak menjawab ‘ jangan lah kamu sombong wahai anakku…! Dia pun membacarakan satu bait sayir:
Bulir gandum yang penuh akan merunduk
Dengan merendahkan diri
Dan yang kosong kepalanya
Akan berdiri tegak
Tetapi merendahkan diri bukan berarti terhina dan memalukan. Sesuai sabda Rosulullah SAW :
“Barang siapa yang merelakan dirinya terhina dengan tidak dipaksa, maka dia bukan dari umat kami.”
Dalam sebuah atsar dari Umar Radhiyallahu Anhu, “ aku menyukai seorang laki-laki yang jika direndahkan, ia akan berkata dengan tegas, Tidak….
Hendaknya kita selalu ingat bahwa Allah telah memilih nam “ Al-azhim “( maha agung ) dan “ Al-‘ala “( maha tinggi ) di antara nama-nama baiknya, maka kita selalu mengulang-ulanginya, mensucikan Dzat keMahatinggiannya-Nya dalam ruku’ dan sujud, maka janganlah menundukkan dahi dan membungkukkan kepala, kecuali kepada Allah Ta’ala.
B. Makna Sombong
Ada dua jenis kesombongan, yang terbuka terang-terangan, nyata dan tersembunyi diam-diam, rahasia. Kesombongan yang tersembunyi adalah sebutan bagi perasaan dalam diri seseorang yang merasa serba lebih daripada orang lain. Bilamana ia diwjudkan dalam tindakan, maka ia disebut kesombongan yang terbuka, sombong yang terang-terangan. Perasaan unggul atau lebih (superioritas dari orang lain di dalam hati diisebut kibr (merasa lebih dari orang lain). Ketika kibr diungkapkan dalam perbuatan, ia disebut sombong (takabbur). Oleh karena itu merasa diri unggul, merasa lebih menjadi pokok pangkal kesombongan. Merasa diri lebih adalah takjub (heran dan bangga) bahwa dirinya lebih hebat, lebih pandai, lebih kaya, dan lebih saleh daripada orang lain. Ada tiga unsure yang terkait dengan kesombongan :
1. Pelaku kesombongan (orang yang menyombongkan diri)
2. Sasaran kesombongan (orang yang menjadi obyek kesombongan, orang yang kepada siapa kesombongan diperlihatkan)
3. Tujuan untuk apa kesombongan diperlihatkan.
Rasa sombong adalah perasan akan kelebihan atau keunggulan diri. Allah Ta’ala berfirman, “ tidak ada sesuatu pun di dalam hatinya kecuali rasa sombong, lebih hebat dari orang lain”
C. Bahaya Kesombongan
Rasulullah SAW bersabda, ‘ tidak akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun hanya seberat atom” seseorang yang sombong tidak akan mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri karena ada rasa sombong di dalam hatinya. Ia juga tidak dapat melepaskan kebencian, iri dan dengki, karena rasa sombong tersebut.
Kesombongan juga tidak memungkinkan seseorang menegakkan kebenaran. Rasa sombong di dalam hati menyebabkan seseorang tidak dapat mengendalikan kemarahannya. Seseorang tidak akan mendapat ampunan karena ada rasa sombong di dalam hatinya. Ia pun tidak akan selamat dari celaan orang karena ada rasa sombong. Akibat terburuk dari rasa sombong seseorang terhadap orang lain yaitu ia tidak akan mendapatkan manfaat dari ilmu yang dimiliknya, tidak berusaha untuk mengenali kebenaran, dan tidak mengikutinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,” masuklah ke pintu neraka dan tinggalah selamanya di dalamnya. Dan betapa buruklah tempat orang-orang yang sombong.” (Qs Az-Zuma [39]:72).
D. Sasaran Kesombongan
Ada beberapa sasaran kepada siapa kesombongan diperlihatkan, yaitu:
1. Sikap dan perilaku kesombongan terhadap Allah Ta’ala adalah kesombongan terburuk. Kesombongan seperti ini disebabkan semata-mata oleh kebodohan dan kekufuran seperti kebodohan dan kekufuran Namrud dan Fir’aun.
2. Sombong terhadap para nabi dan rasul. Ada orang yang menganggap dirinya lebih hebat dari pada nabi dan rasul, karena itu tidak mau mengikuti mereka dan rendah hati kepada mereka. Karena kebodohannya ia merasa dan menyangka bahwa kata-katanya niscaya benar.
3. Sombong terhadap orang kebanyakan. Mengangap dirinya lebih besar, lebih pandai dibandingkan dengan orang lain dan memandang hina/rendah kepada mereka bearti kesombongan atasnya. Karena kesombongannya itu, ia menjaga jarak bahkan menjauhkan diri tidak mau bergaul dengan orang lain. Perbuatan itu adalah sangat buruk karena dua alasan.
Alasan pertama adalah bahwa kesombongan, kebesaran, dan kehebatan hanya semata milik Tuhan Yang Mahatinggi. Manusia, yang secara alamiah lemah dan tak berdaya, sesungguhnya tidak mampu melakukan sesuatupun.
Alasan kedua adalah kesombongan atau takabur mengakibatkan seseorang tidak menaati perintah Allah Ta’ala, karena orang yang sombong cenderung tidak mau mendengar nasihat dari seseorang Allah Azza Wa Jallaj bermain, “Dan orang-orang yang kafir berkata, “janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).” (Qs. Fushshilat: 41:26). Inilah kebiasaan orang-orangkafir yang tidak mau mendengar-apalagi menerima kebenaran.
Setan adalah contoh paling baik untuk menggambarkan takabur atau kesombongan. Ia diusir oleh Allah dari Sorga karena bersikup takabur dan tidak mau sujud (maksudnya: menghormat) kepada Adam As karena tidak taat (membangkang) kepada perintah perintah Allah. Iblis berkata, “Aku lebih baik darinya, karena engkau ciptkan aku dari apai, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Qs. Shad: 38: 76). Sifat takabur inilah yang menentukan nasib Iblis selamanya.
E. Tanda-Tanda Takabur
Takabur diungkapkan dengan sikap, seperti melihat orang lain dengan penuh curiga, memalingkan muka, menundukkan kepala, duduk bresila, duduk berselonjor, dan sikap-sikap lainnya. Ia acapkali juga dinyatakan dalam ucapan, tindakan, isyarat dan gerak serta perbuatan. Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Barangsiapa ingin melihat seorang penghuni Neraka maka lihatlah cara bagaimana ia duduk di depan orang yang berdiri.”
Seorang yang sombong tidak suka sendirian. Ia sangat senang jika orang lain mengikuti dirinya. Abu Darda Ra, salah seorang sahabat, berkata, “Apabila manusia mengikuti seseorang, maka bertambah jauhlah ia dari Allah Swt.”
Seorang yang sombong tidak suka bertemu dan bersilahturahmai dengan saudara sesama Muslim dan orang lain.
Orang yang takabur melarang orang miskin duduk terlalu dekat dengannya dalam suatu majelis. Sikap dan perilaku ini bertentangan dengan sikap dan perilaku rendah hati.
Seorang yang takabur adalah tidak mau menjenguk dan duduk-duduk atau bersukutu dengan orang yang sakit biasa dan sakit parah menjauhkan diri dari mereka. Sikap dan perbuatan semacam itu termasuk takabur.
Seorang yang takabur adalah tidak mau memberikan sedekah dan infak dengan tangannya sendiri.
Orang yang takabur adalah tidak mau membawa sendiri barang-barang keperluannya dan keperluan keluarganya ke rumah. Ini bertentangan dengan kabiasaan orang yang tawadhu, rendah hati. Rasulullah Saw senantiasa berbuat demikian sebagai wujud dari sifat tawadhunya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil makalah ini dapat kami simpulkan:
Tawadhu (Rendah diri) adalah suatu perbuatan amal sholeh yang dapat memasukkan kita ke surga dan menyelematkan kit a dari neraka serta sikap tawadhu ini merupakan salah satu bentuk ketaatn kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ada dua jenis kesombongan, yaitu yang terbuka atau terang-terangan dan tersembunyi. Kesombongan tersembunyi adalah sebuatan bagi perasaan dalam diri seseorang yang merasa serba lebih dari pada orang lain. Bilamana ia diwujudkan dala tindakan (takabur), maka ia disebut kesombongan yang terbuka.
Sifat sombong ini dpat menyebabkan seseorang tidak dapat mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri karena terdapat kesombongan dalam diri tersebut.
Saran
Sudah kami jelaskan dalam makalah ini tentang tawadhu dan sombong. Semoga para pembaca makalah ini dapat membedakan sifat yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sifat tawadhu. Selalu bersikap tawadhulah kita, karena Allah dan Rasulallah SAW menganjurkan kita selalu rendah hati/tawadhu karena tawadhu merupakan salah satu wujud ketaatan kita kepada Allah dan akan menuntun kita kesurga sifat sombong di dunia ini tidak akan membawa kita ke jalan kebenaran.

REFERENSI
Al Ghazzali Imam, Ihya Ulumuddin Edisi Ke 8, Bandung: Marja’ 2001.
Muhammad Ali Qutthb Syaikh, 30 Amal Sholeh Pengantar Ke Surga dan Penyelamat dari Neraka, Mesir: dar Al Muslim, 2004.
Ya’qub Hamzah, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin, Jakarta: Pustaka Atisa, 1992.
Kosasih Ahmad, 33 Butir Pesan Religius Buat Kehidupan, Jakarta: Salemba Diniyah, 2002.

0 komentar to “AQIDAH AHLAK”

Adsense Indonesia
 

BYTES COMPUTER FILES Copyright © 2011 | Template design by Marlboro Boym | Powered by Blogger Templates